(sumber : google image)
DPR atau Dewan
Perwakilan Rakyat adalah suatu lembaga tinggi Indonesia yang katanya tempat
penampung aspirasi rakyat. DPR ini di huni oleh orang-orang pilihan yang
dipilih langsung oleh rakyat Indonesia. Tugas anggota dewan ini banyak, kalo
para pembaca ingin tahu apa aja tugasnya, bisa dilihat di om gugel (google.com)
hehehehe. Tapi yang saya tahu, intinya anggota DPR itu ya menampung aspirasi
rakyat yang telah membuat mereka duduk di surga dunia (dibaca: gedung DPR)
dengan merumuskan atau membuat atau mengesahkan UU (Undang-Undang) yang nantinya bermanfaat
untuk rakyat.
Beberapa waktu
lalu ketika saya pulang dari kampus, sengaja jalan kaki dari kampus ke kostan
karena kebetulan waktu itu adalah hari tanpa kendaraan (one day no vehicle),
peraturan yang saya buat sendiri, hahaha. Terlintas di benak saya, kenapa yah
anggota DPR itu gajinya besar, fasilitasnya lengkap, kalau ke kantor hanya
untuk duduk-duduk dan tidur saja harus mengenakan jas dan mobil mewah. Terfikir
oleh saya, apa pantas wakil rakyat seperti itu ? sedangkan rakyat sendirinya
saja untuk makan satu hari, sulitnya minta ampun. Jangankan untuk merasakan
dinginnya AC ruangan nan megah, untuk berlindung dari hujan dan panas mereka
berlindung diri di gubuk yang memprihatinkan.
(sumber : google image)
Miris kalau
melihat wakil rakyat ini, apalagi ketika melihat beberapa informasi dari surat
kabar elektronik yang menyebutkan bahwa kinerja anggota dewan itu 84 persen berpredikat
buruk, hanya 0,8 persen yang mendapatkan predikat sangat baik. Dengan gaji
tertinggi ke-empat di Indonesia, dengan fasilitas nan mewah disediakan, yang
dibiayai langsung dari rakyat. Coba kalian bayangkan ? apa saja yang dilakukan
oleh “wakil” kalian di “surga dunia” itu ?
Saya
berandai-andai, kalau saja saya jadi Presiden RI, ingin rasanya merubuhkan
gedung surga dunia itu, lebih baik saya ganti semua dengan gubuk-gubuk reyot,
yang isinya hanya ada kipas angin seperti di kost-an saya dan bangku kayu yang
biasa di jual oleh tukang bangku keliling. Lebih baik saya ganti mobil dinas
itu dengan menerapkan kebijakan dilarang menggunakan mobil ke kantor, lebih
baik menggunakan angkutan umum yang macet-macetan dan panas. Bukan tanpa alasan
saya menerapkan itu, saya ingin “wakil” kalian itu merasakan apa yang rakyat
rasakan. Saya tidak pernah rela melihat anggota dewan itu dengan fasilitas yang
mewah akan tetapi masih ada rakyatnya yang masih sulit dalam ekonominya di
pelosok-pelosok negeri ditambah dengan kinerja yang buruk.
(sumber : google image)
Terserah
kalian mau pro atau kontra dengan saya, yang pasti, selama “wakil” kalian itu
masih seperti ini kinerjanya (sangat buruk), saya tidak pernah rela memanggil
mereka “wakil rakyat”, mungkin lebih pantas menjadi “wakil kaum komprador”.
Dituliskan oleh : Luqman Azis