Jumat, 15 Juli 2016

HUT BPJSKESEHATAN ke-48


(Koleksi Pribadi)

“Selamat ulang tahun ke-48, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJSKes). Bukan umur yang muda lagi, kau telah banyak melewati asam manisnya tantangan dalam eksistensi dirimu sendiri”


        Pada hari ini, 15 Juli 2016 merupakan hari lahir dari salah satu Badan Negara Republik Indonesia (RI) yang membidangi Jaminan Sosial khususnya dibidang kesehatan untuk masyarakat Indonesia. Telah beberapa kali bertransformasi dari era sebelum yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) di tahun 1968-1988, dilanjutkan era Perum Husada Bakti (PHB) di tahun 1988-1992, serta era Asuransi Kesehatan (ASKES) di tahun 1992-2013 dan pada akhirnya, saat ini dengan nama BPJSKes.

(Google Images)

        Dengan umur yang tidak muda lagi, 48 tahun memiliki makna kemapanan. Mapan dalam berfikir maupun berprilaku. Mapan dalam berfikir yaitu dengan gagasan-gagasan yang dilahirkan untuk kemaslahatan umat atau masyrakat Indonesia. Serta mapan dalam berprilaku, yaitu mengimplementasikan gagasan-gagasan yang telah disesuaikan dengan masyarakat.

Salah satu contoh dari berfikir yang mapan adalah dengan program cakupan semesta (universal coverage/UC) di tahun 2019. Yang artinya bahwa pemerintah melalui BPJSKes menginginkan seluruh masyarakat Indonesia dijaminkan kesehatannya, tanpa kecuali. Tentu gagasan tersebut (saat ini sudah diimplementasikan) akan memiliki dampak yang luar biasa jika sampai benar-benar terimplementasi. Sehingga masyarakat dari bebagai jenis golongan, suku, agama sampai ras, semuanya dilindungi (kesehatannya) oleh negara.

        Sedangkan untuk contoh mapan dalam bertindak adalah pengimplementasian dari gagasan UC itu sendiri. Perlu adanya dukungan dari banyak pihak/stakeholder, agar dapat terwujudnya program UC tersebut. Mulai dari masyarakat yang tertib dalam mendaftarkan anggota keluarganya, lalu pemerintah daerah yang meng-cover penduduk wilayahnya sesuai dengan kriteria (masyarakat menengah kebawah) yang ditentukan oleh Kementrian Sosial, serta negara yang selalu tepat waktu dan sasaran dalam mengalokasikan dana APBN untuk sektor Kesehatan sesuai dengan standar WHO yaitu 10% (pada saat ini lebih kurang 5%).

(Google Images)

        Pada akhirnya, banyaknya berita negatif maupun positif tentang BPJSKes tidak akan mampu menggoyahkan niat baik dari para leluhur bangsa (khususnya Prof. G.A Siwabessy) yang menginginkan program kesehatan masyarakat Indonesia untuk tetap eksis. Karena, melalui BPJSKes lah program Jaminan Kesehatan Nasional, Insya Allah akan berjalan dengan semestinya, sesuai dengan amanat UUD 1945 (Pasal 28H dan pasal 34), UUD SJSN maupun Peraturan Presiden maupun Instansi (Permen, dll) terkait. Dan pada muaranya, masyarakat Indonesia akan menerima banyak manfaat dari program ini. Selamat Ulang Tahun BPJSKes, semoga tetap Amanah dan Ikhlas dalam berdiri. Aaamiinn


oleh : Luqman Azis (Staff UPMP4, Kantor Cabang Payakumbuh)

Senin, 05 Oktober 2015

Organisasi menjadi Fundamental untuk Keberlangsungan Perusahaan

Sumber Google Image

Tulisan saya ini ditujukan kepada organisasi profit oriented atau pencari keuntungan yaitu dalam bentuk Perusahaan. Biasanya, organisasi ini memiliki bentuk Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Firma (FA), Koperasi, Joint Venture dan Holding Company.

Organisasi menurut Max Weber merupakan suatu kerangka terstruktur yang di dalamnya berisikan wewenang, tanggung jawab dan pembagian kerja untuk menjalankan masing-masing fungsi tertentu. Menurut W.J.S. Poerwadarminta, organisasi adalah susunan dan aturan dari berbagai bagian (orang atau kelompok) sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur dan tertata. Menurut saya yang bersumberkan dari berbagai referensi, pengertian organisasi adalah suatu bentuk ikatan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki visi maupun misi yang sejalan satu sama lain disertai strategi-strategi tertentu guna menjalankan suatu proses ke arah tujuan yang akan dicapai.

Saya mengambil poin penting yang ada dalam organisasi yaitu :
1. Terdiri oleh dua orang atau lebih
2. Memiliki visi dan misi yang sejalan
3. Memiliki proses
4. Memiliki strategi-strategi guna mencapai tujuan

Terdiri oleh dua orang atau lebih menggambarkan bahwa organisasi tidak dapat dijalankan dengan seorang diri, karena mustahil apabila kita memiliki organisasi, namun hanya diri kita yang menjalankannya, tentu organisasi tersebut akan sulit berkembang. Oleh sebab itu, memiliki rekanan akan lebih baik dan mudah dalam menjalankan roda organisasi.

Memiliki visi dan misi yang sejalan dalam menjalankan roda organisasi menjadi poin yang tidak kalah penting. Apabila suatu organisasi dijalankan oleh banyak kepala (pikiran) dengan isi pikiran yang berbeda (tidak sejalan dengan visi dan misi) maka akan membuat organisasi tersebut tidak akan berkembang karena akan terjadi banyak benturan-benturan pikiran di antara masing-masing anggota yang mengakibatkan kemandek-an dalam organisasi.

Memiliki proses, yaitu lebih kepada keberlangsungan organisasi. Untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, tentunya para pelaku (organisator) harus melakukan proses-proses yang merujuk kepada tujuan organisasi. Misalkan, suatu organisasi memiliki tujuan untuk menjadi organisasi Islam di kalangan Mahasiswa. Maka, para organisator harus mau melakukan proses-proses guna menarik perhatian kalangan Mahasiswa tersebut untuk ikut atau masuk ke dalam organisasi. Tentunya proses-proses tersebut dibutuhkan kerjasama dan kerja keras antar anggota.  

Memiliki strategi-strategi guna mencapai tujuan merupakan lanjutan dari proses perkembangan organisasi. Seperti contoh organisasi di kalangan mahasiswa, para organisator harus menerapkan strategi-strategi yang tepat guna dalam merangkul mahasiwa-mahasiswa agar mau ikut masuk dan berkontribusi kepada organisasi tersebut.

                                                          Sumber Google Image

Lalu, mengapa organisasi ini penting sebagai dasar perusahaan ?

Perusahaan yang memiliki orientasi keuntungan didirikan oleh dua orang atau lebih yang tentunya memiliki tujuan yang akan dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan suatu cara atau strategi-strategi khusus guna menjalankan roda Perusahaan sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh sebab itu, peran Organisasi sangat penting guna merangkul unsur-unsur yang ada di dalamnya menjadi satu kesatuan agar tercapainya tujuan Perusahaan tersebut.

Bagaimana peran organisasi sebagai dasar Perusahaan ?

Menurut saya, melalui peran Sumber Daya Manusia (SDM). SDM memiliki peran yang sangat vital. SDM dijadikan basic atau dasar organisasi untuk pengembangan Perusahaan. Karena, semakin berkualitasnya SDM tersebut, akan memudahkan pergerakan Perusahaan untuk mencapai tujuannya. Dengan baiknya kualitas SDM tersebut, juga diharapkan akan mampu menciptakan serta menjalankan strategi-strategi yang baik untuk Perusahaan dalam mengatasi tantangan yang akan dihadapi oleh Perusahaan menjadi sebuah peluang (keuntungan). Kesinambungan antar unsur-unsur tersebut, diharapkan akan bermuara kepada tercapainya tujuan Perusahaan yang telah ditetapkan.


Kekinian, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah berjalan. Akan  menjadi tantangan untuk perusahaan-perusahaan Indonesia guna menjadikan peluang untuk dapat bertahan bahkan berkembang dalam menghadapi hal tersebut (MEA). Dibutuhkan perhatian yang khusus dalam membangun pondasi perusahaan agar terus mampu bersaing dengan perusahan-perusahaan yang lain (dalam maupun luar Indonesia). Dengan terpenuhinya dasar-dasar yaitu organisasi yang baik, maka akan menjadi hal yang mungkin perusahaan-perusahaan Indonesia akan merajai ASEAN bahkan Dunia (cita-cita dan harapan penulis). Aamiin 

Jumat, 04 September 2015

Proyeksi Masa Depan 5 Tahun

Saya memiliki dan membagi perencanaan dalam hidup saya kedepan menjadi 3 fase besar, yaitu :
1.       Fase Pencarian (Proses Awal) Jangka Waktu 5 (Lima) Tahun
2.       Fase Kematangan (Proses Menengah) Jangka Waktu 15 (Lima Belas) Tahun
3.       Fase Akhir (Proses Akhir) Jangka Waktu 25 (Dua Puluh Lima) Tahun

Fase Pencarian (Proses Awal) Jangka Waktu 5 (Lima) Tahun Kedepan
Pada fase ini merupakan fase awal saya dalam berproses dalam mencari kesesuaian dalam pekerjaan. Saya selalu berdo’a kepada Allah, agar senantiasa dikabulkan keinginan saya bekerja dibidang Pemerintahan (Pegawai Negeri Sipil). Keinginan saya untuk 5 (Lima) tahun awal ini, saya akan berusaha untuk mengikuti Tes Masuk Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Saya yakin, untuk 5 (Lima) tahun kedepan ini, saya akan bisa masuk disalah satu target saya tersebut.

Alasan saya untuk berkarir di Pemerintahan adalah saya berangkat dari filosofi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Salah satu Tri Dharma tersebut adalah berkaitan dengan Pengabdian kepada Masyarakat. Selama masa kuliah, dibidang Pengabdian yang menurut saya, saya masih kurang. Melalui karir di Pemerintahan lah saya berharap saya dapat berkontribusi untuk Negara (Pembangunan) secara umum dan kepada Masyarakat (Pelayanan) secara khususnya.

Banyak yang bilang, saya terlalu idealis. Ketika teman-teman banyak yang ingin berkarir di swasta dengan iming-iming salary yang besar, untuk pribadi saya, saya kurang puas untuk pencapaian tersebut. Karena, salary yang besar bukanlah suatu tujuan hidup saya, namun jika bisa, itu hanya akan saya jadikan kendaraan untuk mencapai tujuan hidup saya untuk memberikan kontribusi terhadap Negara misalnya melalui pembentukan foundation (salah satu cita-cita saya) untuk masyarakat yang kurang mampu untuk segi ekonominya.

Selain masalah karir (pekerjaan), sejujurnya sayapun sering mengingat masa-masa proses kuliah Strata 1 (S1). Ketika mengingat masa tersebut, rasanya ingin kembali ke masa-masa tersebut namun dengan jenjang yang lebih tinggi Strata 2 (S2) tentunya. Karena Pendidikan merupakan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Niat awal saya, ketika saya bisa berkarir dibidang Pemerintahan, saya akan mencoba mencari beasiswa di Instansi tersebut, namun saya sadar, apa yang kita harapkan terkadang Allah memberikan jalan yang lain. Sementara saya menunggu pembukaan tes masuk BI, OJK, Kementerian, BUMN maupun BUMD, saya juga berusaha untuk mencari beasiswa S2. Oleh sebab itu, saya juga akan mecoba mencari informasi mengenai beasiswa untuk S2 (nasional atau internasional) secara mandiri. Dimanapun lembaga pemberi beasiswanya, saya akan berusaha untuk mengikuti seleksinya.

Bagaimana caranya agar fase awal yang telah saya tetapkan dapat terlaksana dengan baik ?

Pada saat ini, saya akan mulai dari mengikuti pelatihan dibidang bahasa inggris pada program TOEFL. Saya merasa sangat kurang dibidang tersebut, terakhir saya tes TOEFL di AMINEF Jakarta skor saya stuck di angka 450. Perlu banya perubahan dalam belajar saya khususnya dibidang TOEFL. Karena saya tahu, untuk bisa masuk BI, minimal skor TOEFL adalah 500 (pengalaman senior) dan mungkin nantinya akan lebih tinggi lagi. Saya harus ekstra dipoin (TOEFL) tersebut. Semoga dengan saya mengikuti pelatihan tersebut, saya bisa mencapai skor 600.

Selain pelatihan TOEFL, saya akan mencoba mengikuti tes berkala selama 1 (satu) bulan satu kali untuk mengikuti tes psikotes. Hal yang melatarbelakangi tersebut adalah kegagalan saya dalam tahap akhir tes seleksi masuk Kementerian Keuangan. Saya belajar dari pengalaman, maka dari itu saya harus bisa memperbaiki kekurangan saya dibidang tersebut. Harapan saya, dengan adanya tes berkala selama 1 (satu) bulan sekali tersebut, saya akan menjadi terbiasa dalam menghadapi tes-tes dibidang psikotes.

Selain itu, saya setiap hari, minimal 1 (satu) jam, akan memperkaya pengetahuan saya dibidang kondisi negara kekinian secara umum dan kondisi perekonomian kekinian secara khusus. Saya melakukan hal tersebut, guna mempersiapkan diri saya untuk berkarir dibidang pemerintahan yang menurut saya, untuk memulai berkarir di Pemerintahan kita juga harus mengenal lebih jauh dan dalam mengenai Bangsa kita sendiri. Diharapkan dengan saya masuk di Pemerintahan, saya akan menjadi mengerti, apa yang harus saya lakukan di Pemerintahan.

Karir, pendidikan dan pengembangan diri, saya juga tidak akan melupakan nilai-nilai Agama saya. Saya seorang Muslim. Saya memiliki target untuk menikah diumur 25 (2 tahun lagi dari sekarang). Karena saya tidak ingin terlalu jauh dari target tersebut, karena akan menyebabkan penyesuaian rencana yang telah saya susun sebelumnya.

Inilah proyeksi 5 (lima) tahun kedepan saya. Saya seorang manusia biasa yang hanya bisa berencana dan menjalankan langkah-langkah awal yang harus saya lakukan. Tentunya tanpa pergerakan Tangan-Nya, rencana saya hanya sekedar rencana. Namun saya yakin, ketika kita memiliki keinginan yang besar disertai keyakinan yang besar, apapun itu, Insyaallah akan terealisasi. Aamiin

Selasa, 01 September 2015

Serpihan Kecil Untuk Kampusku, Institut Pertanian Bogor



Selamat Ulang Tahun Kampusku, Institut Pertanian Bogor (IPB) yang ke-52. Semoga senantiasa menjadi Pioneer dalam mengatasi permasalahan Bangsa Indonesia khususnya dibidang Pertanian (luas).


Sudah 52 Tahun IPB secara formal (legal) berdiri di Tanah Ibu Pertiwi karena sebelumnya IPB masih bersatu dengan Universitas Indonesia (UI) untuk Fakultas Pertanian (CMIIW). Untuk mengetahui sejarah detailnya, Leser dapat  membuka situs resmi IPB di www.ipb.ac.id.
  
Saya secara resmi diterima di Kampus Rakyat atau IPB ini pada tahun 2010 dibulan Agustus kalau saya tidak salah. Awalnya sempat ragu, karena letaknya ternyata dipelosok Bogor yaitu daerah Dramaga. Hanya saja, saya sempat terpancing emosi (kebanggaan) saya ketika diperjalanan utk daftar ulang melihat spanduk yang terpampang disepanjang jalan mulai dari Jalan Raya Dramaga (Radar) (arah Terminal Laladon menuju Dramaga) dengan kata-kata sekiranya seperti ini “Selamat Datang Putra-Putri Terbaik Bangsa”. Sebuah kalimat yang menurut saya (mungkin yang lain berbeda) memacu jantung saya untuk segera berproses di IPB. Singkat cerita, untuk salam perkenalan tersebut, salah satu faktor yang membuat saya bangga terhadap kampus saya ini.

Empat (4) Tahun saya berproses di IPB (2010-2014), banyak kenangan yang saya rasakan. Mulai dari suka, duka, canda tawa sampai tangis, semua saya lewati dan saya nikmati. Tidak semudah yang saya bayangkan untuk berproses di Kampus Rakyat ini. Banyak halangan dan rintangan yang perlu saya hadapin dan terkadang membuat pergerakan emosi saya begitu volatile. Namun saya ingat pesan-pesan teman dan senior dikampus, yaitu nikmatilah prosesmu. Sampai pada akhirnya, 3 September 2014, saya diwisuda sebagai seorang Sarjana Ekonomi IPB.

Jika ingin dikatakan, darimana awal saya merasakan apa itu arti kehidupan yang sesungguhnya, jawabannya adalah ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di Kampus ini. Selama masa SMA, saya cenderung setelah selesai sekolah selalu langsung pulang kerumah. Tidak pernah terbesit dihati untuk melakukan sesuatu untuk diri saya sendiri (diluar tanggungjawab sebagai seorang pelajar). Di dunia kampus inilah saya mulai menemukan makna aktualisasi diri. Perlahan demi perlahan, diawali dari mengikuti kegiatan kampus yaitu berkecimpung di dunia kepanitiaan sampai organisasi internal kampus (HIPOTESA) dan eksternal kampus (HMI). Sedikit banyak, saya bersyukur dapat diberikan kesempatan untuk berproses sampai sejauh itu. Setidaknya, saya tidak terlalu menyesal seperti dijaman sekolah (SMA) dulu. Karena saya dapat memberikan sedikit (serpihan) kontribusi untuk IPB.

Apakah selama saya berproses Empat (4) Tahun ini, saya sudah merasa cukup puas ? Jawabannya (masih) belum puas. Banyak hal yang menurut saya yang dapat saya lakukan yang lebih untuk IPB khususnya dan untuk bangsa umumnya. Jika saya mengambil sebuah lirik Hymne IPB yaitu “Tridharma nan Mulia”, ada hal yang kurang saya lakukan. Tridharma tersebut terdiri dari Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian.

Untuk bidang Pendidikan jika sudut pandang saya, mungkin saya sudah mencapai tahap tersebut, namun (baru) tahap Sarjana 1. Lalu bidang Penelitian-pun setidaknya saya pernah berkontribusi dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) meskipun tidak sampai tahap sekaliber Nasional apalag Internasional, namun setidaknya saya pernah melakukan bersama sahabat-sahabat saya dan tidak lupa saya mampu menyelesaikan skripsi saya dan mungkin itu bisa dimasukkan dalam bidang Penelitian. Untuk bidang Pengabdian, mungkin saya sering mengikuti kegiatan kepanitiaan dan organisasi internal dan eksternal dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat, namun untuk sisi ini saya masih merasa sangat kurang. Mungkin karena sampai detik ini, saya belum mampu bekerja dibidang pemerintahan (pengabdian) untuk mampu mengabdi pada masyarakat luas, dan malah (agak) bersebrangan dengan ilmu saya. Namun saya ingat pesan teman dan senior saya, untuk saat ini, nikmatilah prosesmu. Insyaallah, sampai titik darah penghabisan saya akan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.

Untuk para Leser, jangan pernah bertanya kepada saya, apa saja yang sudah saya lakukan untuk Kampus saya selama ini ? Karena kalian hanya akan menerima jawaban keluh-kesah dalam dada ini dalam bentuk penyesalan.

Biarlah, untuk saat ini saya akan menikmati proses saya sebagai diri saya yang sekarang ini, sembari berdoa kepada Allah SWT agar diberikan umur dan kesempatan untuk mencapai tujuan saya tersebut, yaitu Mengabdi kepada Negeri.

Saya tutup tulisan saya kali ini dengan sebuah do’a untuk Kampus saya Tercinta,
“Ya Allah, terimakasih banyak atas nikmat dan rahmat-MU telah menggerakkan tangan-Mu sedemikian rupa sehingga Kampusku (IPB) masih tegak dan tegap berdiri diatas tanah Ibu Pertiwi. Berikanlah ridho dan senantiasa berkahilah setiap elemen-elemen (Mahasiswa, Dosen, Pegawai dan Petinggi Kampus, serta Alumni) dalam nafas dan jejak kakinya dengan tujuan untuk berkontribusi untuk Negeri ini, agar menjadi lebih baik dan sejahtera serta mencapai apa yang dicita-citakan oleh leluhur dimasa lalu. Sekiranya, kuatkanlah idealisme-idealisme kami untuk senantiasa mengingat perjuangan-perjuangan para leluhur kami dan membuat kami tetap dijalur yang Baik. Aamiin Allahumma Aamiin”

Minggu, 14 Desember 2014

Si Kiri dan Si Kanan


Pada beberapa waktu lalu, saya mengalami peristiwa yang selama ini sangat jarang saya alami. Peristiwa tersebut sangat pahit. Mengapa demikian ? Mudah saja, karena saya belum pernah merasakan hal sesakit itu sebelumnya. Bukan peristiwanya yang ingin saya tekankan disini, namun lebih kepada prosesnya untuk menuju ke peristiwa tersebut.
Sejujurnya, sejak saya kecil (dimulai sejak jaman Sekolah Dasar), saya terbiasa hidup dalam penuh perencanaan. Tidak detail, namun lebih secara garis besar. Budaya tersebut tertular dari Ayah saya, seseorang yang sangat saya kagumi. Beliau selalu mengatakan, hidup itu harus penuh dengan perencanaan. Ya, selalu itu yang timbul dalam benak saya. Maka tidak heran, jika saya sudah merencanakan sesuatu, saya akan berusaha untuk mewujudkannya, meskipun harus mati-matian.
Dimulai perencanaan saya ketika telah lulus Sekolah Dasar (SD), saya merencanakan untuk melanjutkan pendidikan tingkat Menengah Pertama (SMP), lalu ke tingkat Menengah Atas (SMA) hingga akhirnya ke Perguruan Tinggi Negeri sampai pada akhirnya saya memperoleh gelar Sarjana. Semua hasil itu dapar terwujud berkat perencanaan yang matang, usaha yang keras dalam belajar mati-matian dan tentunya ibadah yang sangat kuat meskipun intensitas kuatnya lebih ketika saat hari-hari mendekati penentuan (hari H).
Pada akhirnya, sampai lah kepada momen yang mengecewakan yaitu proses untuk melanjutkan kemana selanjutnya saya harus berproses setelah menjadi seorang Sarjana ? Saya menerapkan cara klasik saya, yaitu perencanaan yang matang dan strategi belajar mati-matian. Namun apa yang terjadi ? Untuk kali ini, cara klasik saya tidak mampu untuk membantu saya. Lalu, apa yang saya rasakan ? jujur ketika itu, fikiran dan hati saya bergejolak. Saya kecewa dan cenderung tidak menerima hal tersebut pada awalnya.
Seiring berjalannya proses waktu setelah kejadian tersebut, ternyata sedikit banyak telah membuka fikiran saya. Sebagaimanapun hebat dan matangnya rencana yang kita buat, sebagaimanapun besarnya dan gila-nya usaha yang telah kita jalankan, kita tidak boleh melupakan peran Sutradara Kehidupan, yaitu Allah. Tidak melulu otak kiri kita mampu untuk menuntaskan permasalahan tersebut, terkadang untuk beberapa momen dan ukuran, otak kanan kita dibutuhkan untuk lebih peka dalam menjawabnya.
Saya mengambil kesimpulan dengan otak kanan saya saat itu (dengan menutup peran otak kiri saya), Allah tidak ingin saya berhasil saat itu, Allah memiliki jalan lain untuk saya dalam berproses dalam menjalankan kehidupan yang sesungguhnya atau nenek moyang orang barat bilang,  real life. Lalu dengan menutup peran otak kanan saya, bagaimana menurut otak kiri saya ketika itu ? saya merasakan bahwa saya sangat bodoh sekali, saya kalah pintar dibanding teman-teman saya yang telah berhasil saat itu, saya tidak memiliki kemampuan sehebat teman-teman saya saat itu. Lalu, buat apa perencanaan dan usaha yang kuat kalau memang hasilnya tidak bisa ditebak ?
Ya, disanalah letak seni otak kiri dan kanan kita bekerja. Tidak semua hal atau kejadian itu dapat kita selesaikan dengan otak kiri dan tidak melulu dengan otak kanan, hal yang bijak adalah dengan menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri kita. Maka hal yang saya simpulkan atas fenomena “tersebut”, menuntut saya untuk lebih banyak bersyukur dan ikhlas. Karena ketika permasalahan otak kiri kita telah kita maksimalkan, maka otak kanan pun harus kita maksimalkan. Tidak semua apa yang kita harapkan dapat terwujud, tanpa izin dan ridho dari Sutradara Kehidupan, yaitu izin dan ridhonya Allah SWT.
Mungkin sedikit curhatan hati seorang pengembara kehidupan yang baru merasakan setetes pahitnya kehidupan yang sesungguhnya. Seperti halnya pengembara ulung lainya, hal ini tidak akan pernah mampu menghentikan langkah saya untuk terus mencari atau berproses dalam mengeksplorasikan setiap sisi kehidupan.


-  Luqman Azis

Jumat, 31 Oktober 2014

OPTIMISME

Pada tulisan saya beberapa waktu yang lalu mengenai sedikit sejarah mengenai sumpah pemuda, saya menjanjikan akan membuat lanjutannya ketika tanggal 28 Oktober lalu, namun apa daya, saya tidak dapat menepatinya. Semoga saya tidak mencoreng nama “baik” Pemuda Indonesia. Aamiin..... Hehehe
Malam ini seperti biasanya, saya sangat sulit untuk memperbaiki jam tidur. Selalu ingin memperbaiki dengan tidur tidak lebih dari jam 10 malam, namun selalu gagal. Mungkin kefikiran untuk ujian Psikotes tanggal 5 November nanti. Hupptt
Sembari menunggu mata ini mengantuk, sepertinya asik bila jari-jari ini mengetik keyboard laptop dengan membuka Microsoft Word. Saya ingin menulis dengan tema “Pemuda”, selain masih hangat dengan suasana Hari Sumpah Pemuda, kisah kepemudaan Indonesia sangat menarik bila kita ingin menggalinya lebih dalam. Pemuda disini termasuk Pemudi juga yah, hehehe
Para reader ngerasa gak sih, bila dunia kepemudaan belakangan ini, nasionalismenya mulai terkikis oleh budaya-budaya asing ? Berapa banyak pemuda Indonesia yang dengan bangganya memamerkan budaya luar di negaranya sendiri yaitu Indonesia ? Betapa mirisnya mind concept pemuda kita yang sudah kebarat-baratan ? Jika saya tidak salah, Pemuda Indonesia kini telah kehilangan jati dirinya.
Jika kita melihat komposisi ekonomi masyarakat Indonesia, sangat jauh dari kata merata. Bila di ekonomi ada indeks yang namanya Indeks Gini yang menjelaskan mengenai ketimpangan, kategori Indonesia sudah mengkhawatirkan (0.43-an). Fenomena timpangnya si kaya dan si miskin seolah-olah berita yang sudah sangat biasa di Negara kita. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Rasa saling simpati antar sesama (si kaya dan si miskin) sudah mulai hilang.
Beberapa waktu lalu, kita tentu ingat tentang acara Pernikahan kalangan artis Ibu Pertiwi, yang dengan bangganya disiarkan di seluruh media tanpa ada yang terlewati. Pernikahan tersebut menurut saya sangat glamour, mewah dan cenderung memamerkan sesuatu yang tidak baik. Ketika disisi lain, ada bahkan banyak rakyat Indonesia yang sekedar untuk mencari makan saja sulit.
Mengapa saya menyinggung artis tersebut ? karena artis tersebut adalah contoh cerminan pemuda di negara kita yang sangat tidak baik untuk ditiru. Karena hal tersebut tidak mencerminkan jati diri negara kita. Jati diri bangsa yang sederhana, saling menjaga satu sama lain, saling menghargai satu sama lain, tidak ada sama sekali unsur-unsur tersebut dari fenomena si artis tersebut. Hanya segelintir orang (si kaya) saja yang diundang atau dilibatkan dalam acara artis tersebut. Sungguh miris.
Lalu, apakah kita sebagai pemuda harus pesimis ? Tentu jawabannya adalah Tidak.
Pemuda yang dicita-citakan salah satunya oleh para pahlawan kita adalah pemuda yang Optimis. Oleh sebab itu, kita sebagai pemuda haruslah optimis dalam membangun bangsa ini. Biarlah pemuda maupun pemudi Indonesia kini mulai melupakan, menghapus, menghilangkan berkas-berkas perjuangan para pahlawan kita di masa lalu, kita sebagai pemuda-pemuda yang Optimislah yang akan mengingatkan, mengembalikan dan memunculkan berkas-berkas perjuangan para pahlawan kita di masa lalu. Melalui apa ? Melalui diri kita sendiri.
Mulai detik ini, mari kita tumbuhkan nilai-nilai kesederhanaan dari dalam diri kita. Dengan memperhatikan sesama di lingkungan sekitar kita. Dengan lebih peka terhadap isu-isu kepemudaan. Dengan meningkatkan rasa nasionalisme dan pastinya dibangun dengan rasa keyakinan dan optimis.
Saya yakin, dengan komposisi pemuda kita yang dominan (Umur 15-64) sebesar 70 persen dari jumlah penduduk Indonesia, dengan terus bernafaskan nilai-nilai nasionalisme dan optimisme tentunya, bangsa kita akan menjadi lebih baik di tangan para pemuda-pemudi.

Apakah anda termasuk pemuda yang Optimis ?

Minggu, 26 Oktober 2014

AYO, KITA INGAT TANGGAL 28 OKTOBER !!!!


Sudah lama rasanya saya tidak menulis lagi. Fikiran terfokus untuk hal-hal lain (Job Seeker), maklum lah sebagai seorang anak pertama di keluarga dan Alhamdulillah sudah di wisuda Sarjana tanggal 3 September bulan lalu, memberikan beban baru. Hehehe :p
Pada beberapa hari kedepan, akan ada momen peringatan Tanggal 28 Oktober yaitu 86 Tahun (28 Oktober 1928) setelah peristiwa heroik yang digerakkan oleh pemuda-pemudi Indonesia pada kongres Sumpah Pemuda. Pada hari itu, terciptalah sebuah sumpah yang disuarakan oleh pemuda-pemudi Indonesia yang bunyinya sebagai berikut :

“Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Satu, Tanah Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia”

Bila kita menelaah kata-kata dalam sumpah tersebut, betapa hebatnya para pemuda-pemudi Indonesia kala itu yang mampu menyatukan seluruh pemuda-pemudi Indonesia untuk melakukan pergerakkan demi kemerdekaan Indonesia. Tentu bertolak belakang dengan kondisi pemuda-pemudi Indonesia pada saat ini.
Kondisi pemuda-pemudi Indonesia saat melakukan kongres sumpah pemuda saat itu, tidaklah semudah yang kita bayangkan seperti saat ini. Mereka melakukan kongres yang sangat dijaga ketat oleh polisi kaum penjajah (Belanda). Mereka tidak boleh (peraturan kaum penjajah) berbicara kata-kata “MERDEKA”, oleh sebab itu pada saat lagu INDONESIA RAYA  yang diciptakan oleh W.R Supratman di dendangkan pertama kali, setelah selesainya acara kongres tersebut, seluruh pemuda-pemudi menyanyikannya hanya dengan bersenandung tanpa mengeluarkan kata-kata, hanya bunyi nada-nya saja, namun tidak ada kata-kata yang keluar. Namun keterbatasan tersebut, ternyata sangat mampu menggemparkan kaum pemuda-pemudi Indonesia saat itu.
Bagaimana jika keterbatasan pada saat itu sudah hilang atau merdeka seperti saat ini ? Apakah pemuda-pemudi Indonesia saat ini mampu diharapkan seperti pemuda-pemudi Indonesia pada zaman pergerakkan dahulu ? Silahkan jawab sendiri dalam benak anda.

Tulisan ini akan saya lanjutkan pada tanggal 28 Oktober. HEHEHE....... :P