Sudah agak lama gak ngisi blog
ini, keram jari rasanya ketika ingin mencoba menulis lagi hehehe
Tema kali ini, saya mau
mengangkat tentang pertanian Indonesia. Pertanyaan besarnya sih, apakah masih
pantas negara kita disebut negara berbasis agraris ?
(sumber : Google Images)
Definisi agraris menurut Kamus
Bahasa Indonesia adalah pertanian. Pertanian sendiri memiliki arti yaitu
kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, seperti halnya bercocok tanam dan sebaginya. Untuk mengetahui
lebih jauh tentang pertanian, mungkin pembaca bisa mencari di om gugel atau
buku-buku dan artikel terkait hehehe.
Indonesia menurut saya adalah
satu-satunya negara di dunia yang diberikan karunia Sumber Daya Alam (SDA) oleh
Allah SWT yang paling lengkap dan bahkan sempurna dibandingkan dengan negara
lain, dimulai dari sumber daya laut, darat bahkan udara. Semua kita miliki, gak
salah kalo Koes Plus bilang “bukan lautan
hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu” . Sederhana banget gak
sih kalo baca liriknya gitu ? kalo menurut saya, sangat sederhana. Tapi kalau
melihat fakta di lapangan ? apakah sesederhana itu ? menurut saya, tidak. Fakta
di lapangan, SDA kita telah banyak dikuasai oleh perusahaan asing. Contoh kasar,
Freeport, Newmount dkk. SDA kita di eksploitasi habis-habisan akan tetapi penduduk
di sekitarnya tetap miskin.
(sumber : Google Images)
Masuk ke inti permasalahan kita,
yaitu pertanian. Ketika kita berbicara mengenai pertanian, maka akan lekat dengan
permasalahan pangan. Bapak Proklamator kita, Ir. Soekarno pernah berpidato,
betapa pentingnya tentang permasalahan pangan bangsa, karena itu menyangkut hidup-mati suatu bangsa. Dapat kita
simpulkan bahwa, pertanian sangatlah penting untuk menghidupi bangsa saya,
bangsa anda dan bangsa kita semua. Pidato yang dilakukan oleh Ir. Soekarno
apakah membuat negara (pemerintah) kita semakin fokus pada pertanian ? Menurut
saya, TIDAK SAMA SEKALI !!
Sebenarnya banyak faktor yang
mempengaruhi berkembangnya atau tidak sektor pertanian negeri ini, disini saya
akan membeberkan beberapa fakta yang ada di dunia pertanian Indonesia. Pertama
adalah permasalahan anggaran. Dalam kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) Tahun 2013, alokasi anggaran program sektor pangan sebesar Rp. 83
triliun dimana pembagiannya itu untuk stabilisasi harga pangan sebesar Rp. 64,3
triliun sedangkan untuk pembangunan infrastruktur irigasi sebesar Rp. 18,7
triliun. Apakah itu cukup untuk menopang pertanian negeri ini ? sekali lagi
saya jawab, TIDAK. Jika mengacu pada ukuran Organisasi Pangan Dunia (FAO), yang
mengharuskan dana bagi sektor pertanian suatu negara diharuskan sebesar 20
persen dari total anggaran untuk membiayai anggaran pembangunannya, faktanya
dalam APBN Indonesia, anggaran sektor pangan kita hanya sebesar 7 persen dari
total anggaran di APBN 2013 (Rp. 1.657 triliun). Terlihat sekali, bahwa
pemerintah RI tidak fokus dalam mendukung pembiayaan sektor yang “katanya”
adalah jati diri bangsa ini.
Faktor Kedua menurut saya adalah
permasalahan lahan pertanian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para
peneliti, instansi terkait, idealnya lahan minimal yang dimiliki oleh petani
adalah sebesar 2 hektar, akan tetapi faktanya di Indonesia hanya sebesar 0,3
hektar. Lahan ini sangat vital menurut saya, karena ini menyangkut
produktivitas suatu komoditi pangan yang mampu dihasilkan oleh petani
Indonesia. Jika lahannya saja sudah tidak mendukung untuk perluasan hasil
komoditi, bagaimana petani kita mau mendapatkan untung ? yang ada para petani
malah merugi, karena biaya yang dikeluarkan tidak mengalami pengembalian dengan
produktivitas yang rendah. Lahan pertanian kita selalu mengalami penggerusan
yang diakibatkan konversi yang tidak sesuai, contohnya pembangunan perumahan,
gedung-gedung, jembatan maupun jalan raya.
Faktor Ketiga yang mempengaruhi
pertanian kita adalah tingginya angka ketergantungan konsumen lokal terhadap
produk pertanian asing sebesar 80 %. Menurut Irianto Tohar, Wakil DPRD Pangkalpinang
mengatakan, bahwa tingginya angka ketergantungan konsumen lokal terhadap
pertanian asing menyebabkan impor pertanian RI semakin membludak tidak
terbendung. Karena konsumen lokal lebih memilih untuk mengkonsumsikan
pendapatannya kepada produk pertanian asing, hal tersebut apabila dilakukan
secara masiv maka akan menyebabkan impor semakin besar. Seandainya konsumen
lokal lebih memilih hasil pertanian lokal, saya fikir impor pertanian kita
mampu ditekan sedemikian rupa.
Mungkin itu beberapa faktor yang
menurut saya sangat berperan dalam keberlangsungan pertanian Indonesia. Pemerintah
harus membuka mata lebih lebar dan menurunkan tangannya lebih kebawah lagi
untuk fokus pada keberlangsungan pertanian kita. Disini kebijakan-kebijakan
makro maupun mikro sangat dibutuhkan, tentunya dengan banyaknya kebijakan yang
dikeluarkan namun tidak fokus, menurut saya itu tidak berguna. Lebih baik
sedikit kebijakan namun sangat fokus dalam sektor pertanian, karena kefokusan
inilah yang dibutuhkan oleh sektor pertanian kita.
Sedikit mengesampingkan ego-ego
para petinggi negara, nafsu syetan para importir, dan idealisme penduduk
Indonesia yang mengatakan produk asing lebih baik daripada produk lokal, saya
fikir jati diri bangsa ini dapat dikembalikan seperti cita-cita para leluhur,
pejuang bangsa dan tentunya harapan-harapan petani Indonesia.
(sumber : Google Images)
Demikian kicauan yang saya mampu
saya lakukan, saya tidak berharap tulisan saya ini dapat dijadikan acuan atau
pertimbangan untuk pemerintah dalam melakukan kebijakan, saya tidak berharap
tulisan saya ini dapat dijadikan acuan untuk para pembaca tentang pertanian
Indonesia, yang saya harapkan apabila para pembaca telah selesai membaca
coretan ini, saya mengharapkan doa para pembaca untuk keberlangsungan pertanian
Indonesia dengan memejamkan mata dan berharap pertanian kita kedepannya akan
mengalami kemajuan yang signifikan. Aamiin J